Napas Indonesia || Puisi Nasionalisme || BNPT2024
Oleh S. Herianto
Puisi:
Tatap kakimu Tanah yang mana yang kau pijak
Tatap langit di atas kepalamu Langit yang mana yang kau teduhi
Pada udara yang sama Napas siapa yang kau benci
Batu bata merah itu Sedia bersaksi
Merahnya karena cucuran darah
Untuk diwariskan ke dagingmu
Wajah wajah penumbal berdirinya negara
Juga diwariskan untuk mengisi sumsum tulangmu
Kebahagiaan mana yang kau ingkari di bawah kibaran merah putih
Kebinekaan yang mana yang kau benci di bawah cengkraman garuda
Kenikmatan yang mana lagi yang kau kafirkan sementara kau hirup napas kemerdekaan
Kau sedang bermimpi Membangun negeri dalam imaji
dengan membenci pemimpinmu Kau salahkan semua hal
Kau menuntut segala nafsumu dengan berlindung di ketiak atas nama keadilan
Kau menutup pancuran syukur dengan mengutuk langit
dan bumi sementara kau masih makan dan minum dari puting nusantara
Tidak bisakah kau menerima aneka warna bunga sehingga menuntut tuhan melayanimu
mengubah bunga menjadi batu?
Kamu halu Sungguh kamu terlalu
Kau telah mengencingi pekarangan rumahmu sendiri dan menghujatnya penuh najis
Ayolah, Jangan begitu
Setidaknya hargai leluhurmu yang bersedia mati menukar hidupnya demi hidupmu
Mana tanganmu, mari bersama tancapkan lebih dalam tiang bendera kita
Kibarnya adalah napas Indonesia
Sumenep, 24 Juni 2024
Parafrase Puisi:
Lihatlah ke bawah, tanah apa yang sedang kau injak.
Lihatlah ke atas, langit mana yang sedang menaungimu.
Di udara yang sama, napas siapa yang kau benci?
Batu bata merah itu bersaksi,
warnanya merah karena darah yang mengalir
agar diwariskan kepadamu.
Wajah-wajah yang mengorbankan diri untuk mendirikan negara
juga diwariskan untuk mengisi tulang sumsum kamu.
Kebahagiaan mana yang kamu tolak di bawah bendera merah putih?
Keragaman mana yang kamu benci di bawah kekuasaan garuda?
Kenikmatan mana lagi yang kamu tolak padahal kamu menikmati napas kemerdekaan?
Kamu sedang bermimpi membangun negeri dalam imajinasi,
dengan membenci pemimpinmu dan menyalahkan segalanya.
Kamu menuntut semua keinginanmu dengan berlindung di bawah nama keadilan.
Kamu menutup rasa syukur dengan mengutuk langit dan bumi,
padahal kamu masih makan dan minum dari hasil bumi nusantara.
Tidak bisakah kamu menerima berbagai macam bunga,
sehingga menuntut Tuhan melayanimu dengan mengubah bunga menjadi batu?
Kamu berhalusinasi, sungguh kamu berlebihan.
Kamu telah mengotori halaman rumahmu sendiri dan mencaci makinya penuh kebencian.
Ayolah, jangan begitu.
Setidaknya hargai leluhurmu yang bersedia mati demi hidupmu.
Mana tanganmu, mari bersama-sama menancapkan lebih dalam tiang bendera kita.
Kibaran bendera itu adalah napas Indonesia.
Analisis Unsur Intrinsik Puisi
Tema
Tema utama dari puisi ini adalah nasionalisme dan kecintaan terhadap tanah air. Puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan makna kemerdekaan dan perjuangan para leluhur dalam membangun bangsa. Dengan menekankan pada nilai-nilai persatuan dan kebinekaan, puisi ini menantang pembaca untuk menghargai pengorbanan yang telah dilakukan demi kemerdekaan yang kini dinikmati.
Diksi
S. Herianto menggunakan diksi yang kuat dan penuh makna, seperti "cucuran darah," "sumsum tulang," dan "napas kemerdekaan." Pilihan kata-kata ini menciptakan gambar yang sangat hidup dan emosional, memperkuat pesan yang ingin disampaikan. Kata-kata seperti "halu" dan "mengencingi pekarangan" memberikan kesan kritik yang tajam terhadap sikap negatif dan tidak bersyukur.
Gaya Bahasa
Gaya bahasa dalam puisi ini sarat dengan penggunaan metafora dan simbolisme. Misalnya, "batu bata merah" melambangkan pengorbanan para pahlawan, sementara "puting nusantara" menggambarkan sumber kehidupan yang berasal dari tanah air. Penggunaan retorika juga sangat kental, dengan pertanyaan-pertanyaan retoris yang menggugah kesadaran pembaca.
Rima dan Ritma
Puisi ini tidak mengikuti pola rima tertentu, namun memiliki ritma yang mengalir dengan baik. Pergantian baris yang alami dan penggunaan tanda baca yang tepat membantu menciptakan aliran yang lancar, sehingga puisi mudah dibaca dan dipahami. Ritma yang terjaga juga menambah kekuatan pesan yang disampaikan.
Suasana
Suasana dalam puisi ini terasa serius dan penuh dengan keprihatinan. Ada nada teguran dan ajakan untuk introspeksi, mengingatkan pembaca akan pentingnya rasa syukur dan penghargaan terhadap kemerdekaan yang telah diperoleh. Suasana ini diciptakan melalui pilihan kata-kata yang penuh emosi dan gambaran visual yang kuat.
Analisis Unsur Ekstrinsik Puisi
Latar Belakang Penulis
S. Herianto adalah seorang penyair yang dikenal dengan karya-karyanya yang menggugah semangat nasionalisme. Berasal dari Sumenep, Madura, ia banyak terinspirasi oleh sejarah perjuangan Indonesia dan kekayaan budaya nusantara. Puisi-puisinya sering kali mengandung kritik sosial dan ajakan untuk refleksi diri, sebagaimana terlihat dalam puisi "Napas Indonesia."
Konteks Sosial
Puisi ini ditulis dalam konteks sosial di mana semangat nasionalisme perlu terus dipupuk dan dijaga. Di tengah dinamika politik dan sosial yang sering kali memecah belah, S. Herianto mengingatkan pentingnya persatuan dan rasa syukur atas kemerdekaan. Puisi ini juga relevan dengan kondisi di mana banyak orang cenderung menyalahkan keadaan tanpa menghargai perjuangan yang telah dilakukan oleh generasi sebelumnya.
Pengaruh Budaya
Budaya Indonesia yang kaya akan nilai-nilai kebersamaan dan gotong royong sangat terasa dalam puisi ini. S. Herianto mengangkat nilai-nilai tersebut dengan menekankan pentingnya menghargai keragaman dan pengorbanan para pahlawan. Pengaruh budaya Madura juga terlihat dalam penggunaan bahasa dan ungkapan yang khas, memperkuat identitas lokal sekaligus mengajak pembaca untuk mencintai tanah air.
Profil Penulis: S. Herianto
S. Herianto adalah seorang penyair asal Sumenep, Madura, yang terkenal dengan karya-karyanya yang penuh dengan semangat nasionalisme dan kritik sosial. Lahir dan besar di lingkungan yang kaya akan budaya dan sejarah perjuangan, S. Herianto banyak terinspirasi untuk menulis puisi-puisi yang menggugah kesadaran dan semangat kebangsaan. Karya-karyanya sering kali memuat pesan-pesan moral dan ajakan untuk merenungkan kembali nilai-nilai kebersamaan dan persatuan.
Hashtags
#PuisiIndonesia #AnalisisPuisi #NapasIndonesia #SHerianto #Nasionalisme #Kebangsaan #KurikulumMerdeka #SEO #PuisiModern #SastraIndonesia #HUTBNPT14 #BNPTFKPT #pm2024 #PM2024
Sangat suka puisi ini. ☺️
ReplyDeleteTerima kasih apresiasinya
Delete