Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Analisis Puisi: Dendang Rayuan Pulau Kelapa || BNPT 2024

 

Analisis Puisi: Dendang Rayuan Pulau Kelapa || BNPT 2024

Teks Puisi

Dendang Rayuan Pulau Kelapa

Bendera itu compang-camping, anakku
Mari kita sulam kembali dengan cinta yang tersisa
Cabikan merahnya telah menjadi tetesan darah menggenangi jalan
Terdengar menyayat rintihan keadilan
Sobekan putihnya telah menjadi tulang-tulang yang menyembul dari bumi
Tak sabar lagi mereka menanti
diziarahi untuk menceritakan kembali sejarah berdirinya bangsa

Yang telah lama mati
Berkali-kali mengetuk pintu cinta
Cinta telah kehilangan rasa
Rumah telah kehilangan tuan

Yang telah lama mati
Menyelipkan surat di bawah pintu

Isinya:
Ini rumah kita, pulanglah
Aku ingin menyaksikan utuhnya keluarga
Rawatlah peninggalanku
Terutama bendera kita
Benarkan juga posisi pancasila di dinding
Jaga jangan sampai miring
Kalau semua sudah di rumah
Esok, kibarkan merah putih yang baru
Pilih merah yang pekat
Putih yang kilau
Setelah hormat, bergandenganlah dan berdendang tentang Rayuan Pulau Kelapa

Sumenep, 24 Juni 2024
#HUTBNPT14 #BNPTFKPT #pm2024 #PM2024

Parafrasa Puisi

Bendera itu telah rusak, anakku
Mari kita perbaiki dengan cinta yang tersisa
Bagian merahnya menjadi darah yang mengalir di jalan
Suara keadilan terdengar memilukan
Bagian putihnya menjadi tulang-tulang yang muncul dari tanah
Mereka tidak sabar lagi menunggu
Untuk didatangi dan menceritakan kembali sejarah berdirinya bangsa ini

Yang telah lama mati
Berulang kali mengetuk pintu cinta
Cinta telah kehilangan makna
Rumah telah kehilangan penghuninya

Yang telah lama mati
Menyelipkan surat di bawah pintu

Isinya:
Ini rumah kita, kembalilah
Aku ingin melihat keluarga utuh
Rawatlah warisanku
Terutama bendera kita
Perbaiki juga posisi pancasila di dinding
Jangan sampai miring
Jika semuanya sudah kembali
Besok, kibarkan merah putih yang baru
Pilih merah yang pekat
Putih yang bercahaya
Setelah memberi hormat, bergandenganlah dan bernyanyilah tentang Rayuan Pulau Kelapa

Sumenep, 24 Juni 2024
#HUTBNPT14 #BNPTFKPT #pm2024 #PM2024

Analisis Unsur Intrinsik

Tema

Puisi "Dendang Rayuan Pulau Kelapa" mengusung tema nasionalisme dan cinta tanah air. Tema ini sangat kental terlihat dari ajakan untuk menyulam kembali bendera yang rusak dengan cinta, serta pesan untuk merawat peninggalan sejarah dan budaya bangsa. Tema ini menggambarkan keprihatinan terhadap kondisi bangsa yang diibaratkan sebagai bendera yang compang-camping, membutuhkan perbaikan dan perhatian.

Suasana (Mood)

Suasana dalam puisi ini sangat emosional dan reflektif. Penulis mengajak pembaca untuk merenungkan kondisi bangsa melalui gambaran bendera yang rusak dan rintihan keadilan. Ada kesan duka dan keprihatinan mendalam terhadap kondisi bangsa, namun juga ada harapan akan perbaikan dan kebangkitan kembali dengan cinta dan persatuan.

Gaya Bahasa

Puisi ini menggunakan gaya bahasa metaforis yang kuat. Contohnya, "Cabikan merahnya telah menjadi tetesan darah menggenangi jalan" dan "Sobekan putihnya telah menjadi tulang-tulang yang menyembul dari bumi" adalah metafora yang menggambarkan penderitaan dan perjuangan bangsa. Gaya bahasa ini memperkaya puisi dan memberikan kedalaman makna yang mempengaruhi emosi pembaca.

Tokoh dan Penokohan

Tokoh dalam puisi ini tidak disebutkan secara eksplisit, namun ada tokoh yang menyampaikan pesan kepada anaknya untuk memperbaiki bendera. Tokoh ini bisa diinterpretasikan sebagai generasi tua atau pendahulu yang peduli terhadap kondisi bangsa dan ingin menyampaikan pesan penting kepada generasi muda untuk melanjutkan perjuangan dan merawat warisan bangsa.

Amanat

Amanat dari puisi ini adalah ajakan untuk mencintai dan merawat bangsa serta budaya Indonesia. Penulis mengingatkan pembaca untuk tidak melupakan sejarah dan pentingnya menjaga simbol-simbol negara seperti bendera dan Pancasila. Pesan ini disampaikan dengan harapan agar generasi muda bisa menghormati dan melanjutkan perjuangan para pendahulu.

Analisis Unsur Ekstrinsik

Latar Belakang Sosial dan Budaya

Puisi ini ditulis dalam konteks peringatan hari ulang tahun sebuah organisasi nasional, yang bisa dilihat dari tagar #HUTBNPT14 #BNPTFKPT #pm2024 #PM2024. Latar belakang sosial dan budaya yang mempengaruhi puisi ini adalah semangat nasionalisme dan pentingnya menjaga persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia. Puisi ini mencerminkan situasi sosial di mana ada kekhawatiran akan hilangnya nilai-nilai kebangsaan dan pentingnya untuk terus mengingat dan merawatnya.

Biografi Penulis

Penulis puisi ini menandatangani karyanya dengan lokasi dan tanggal, Sumenep, 24 Juni 2024. Meski nama penulis tidak disebutkan secara eksplisit, tanda tangan ini menunjukkan bahwa penulis memiliki ikatan emosional dengan tempat dan waktu tertentu. Sumenep adalah sebuah daerah di Madura, Indonesia, yang dikenal dengan budaya dan sejarahnya yang kaya. Penulis mungkin terinspirasi oleh situasi sosial dan sejarah daerah ini dalam menciptakan puisinya.

Konteks Historis

Konteks historis puisi ini berkaitan dengan peringatan perjuangan dan sejarah bangsa Indonesia. Puisi ini mengajak pembaca untuk kembali mengingat dan menghargai perjuangan para pahlawan yang telah berjuang demi kemerdekaan Indonesia. Konteks ini relevan dengan situasi saat ini di mana penting untuk menjaga semangat nasionalisme dan persatuan di tengah tantangan globalisasi dan perubahan zaman.

Relevansi dengan Kondisi Saat Ini

Puisi ini sangat relevan dengan kondisi saat ini di mana banyak nilai-nilai kebangsaan yang mulai terlupakan. Pesan untuk menjaga bendera dan Pancasila tetap tegak dan tidak miring adalah simbol dari pentingnya menjaga integritas dan nilai-nilai dasar bangsa Indonesia. Relevansi ini menjadikan puisi ini sebagai pengingat bagi generasi muda untuk terus menghargai dan melestarikan warisan budaya dan sejarah bangsa.


#PuisiIndonesia #AnalisisPuisi #Nasionalisme #CintaTanahAir #SejarahBangsa #Literasi #BudayaIndonesia #HUTBNPT14 #BNPTFKPT #pm2024

Post a Comment for "Analisis Puisi: Dendang Rayuan Pulau Kelapa || BNPT 2024"