Perubahan P5 ke P7: Apa yang Berbeda?
Kabar terbaru datang dari dunia pendidikan Indonesia! Mendikdasmen yang baru, Mu'ti, telah mengumumkan perubahan signifikan dalam Kurikulum Merdeka dengan mengganti Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) menjadi P7. Perubahan ini membawa dampak besar bagi sistem pembelajaran di sekolah, baik dari pendekatan, struktur, kompetensi, hingga evaluasi.
Lantas, apa saja perbedaan mendasar antara P5 dan P7? Bagaimana dampaknya bagi guru dan siswa? Artikel ini akan membahas secara mendalam perubahan tersebut dan apa yang perlu dipersiapkan oleh dunia pendidikan Indonesia.
![]() |
Gambar ilustrasi perbedaan P5 dan P7 dalam Kurikulum Merdeka |
Perbedaan P5 dan P7: Apa yang Berubah?
1. Pendekatan Pembelajaran
P5: Berbasis proyek dengan fokus utama pada penguatan karakter pelajar sesuai nilai-nilai Pancasila.
P7: Mengadopsi pendekatan yang lebih luas dengan mengintegrasikan keterampilan teknologi, literasi digital, serta kewirausahaan dalam pembelajaran.
➡ Apa Dampaknya? Dengan P7, pembelajaran akan lebih adaptif terhadap perkembangan zaman, terutama dalam menghadapi era digital dan tantangan global. Siswa tidak hanya belajar tentang karakter, tetapi juga dibekali dengan keterampilan teknologi dan kewirausahaan sejak dini.
2. Struktur dan Implementasi
P5: Dijalankan sebagai proyek terpisah dalam kurikulum dengan kegiatan berbasis tematik.
P7: Terintegrasi langsung dalam seluruh mata pelajaran untuk memastikan keberlanjutan dan relevansi di berbagai bidang studi.
➡ Apa Dampaknya? Sistem P7 memungkinkan siswa mendapatkan pengalaman belajar yang lebih terstruktur tanpa harus memisahkan proyek dari mata pelajaran utama. Hal ini juga mempermudah guru dalam merancang pembelajaran yang lebih menyeluruh.
3. Fokus Kompetensi
P5: Menitikberatkan pada nilai-nilai karakter dan kebangsaan.
P7: Memadukan aspek karakter, keterampilan berpikir kritis, kreativitas, dan pemecahan masalah berbasis dunia nyata.
➡ Apa Dampaknya? Siswa tidak hanya dibentuk menjadi individu yang berkarakter, tetapi juga menjadi problem solver yang siap menghadapi tantangan di dunia nyata.
4. Metode Evaluasi
P5: Dinilai melalui proyek-proyek yang dihasilkan siswa.
P7: Menggunakan kombinasi asesmen formatif dan sumatif, termasuk proyek, keterampilan praktis, serta uji kompetensi.
➡ Apa Dampaknya? Sistem evaluasi yang lebih komprehensif memungkinkan guru untuk menilai kemampuan siswa secara lebih objektif dan menyeluruh.
Tantangan dan Persiapan Implementasi P7
Meskipun P7 memberikan banyak manfaat, ada beberapa tantangan yang perlu dihadapi dalam implementasinya:
Pelatihan Guru: Guru perlu mendapatkan pelatihan agar dapat menerapkan konsep P7 dengan efektif.
Kesiapan Infrastruktur: Sekolah harus memiliki fasilitas yang mendukung pembelajaran berbasis teknologi dan kewirausahaan.
Perubahan Kurikulum: Perlu ada penyesuaian dalam RPP dan silabus agar sesuai dengan pendekatan P7.
Perubahan dari P5 ke P7 merupakan langkah besar dalam dunia pendidikan Indonesia. Dengan mengintegrasikan teknologi, literasi digital, dan kewirausahaan, sistem ini diharapkan dapat menghasilkan generasi yang tidak hanya berkarakter, tetapi juga kreatif, inovatif, dan siap menghadapi tantangan masa depan.
Namun, keberhasilan P7 sangat bergantung pada kesiapan semua pihak, termasuk guru, sekolah, dan pemerintah. Oleh karena itu, diperlukan kerja sama dan adaptasi agar sistem ini dapat diterapkan dengan baik dan memberikan manfaat maksimal bagi pendidikan Indonesia.
#Pendidikan #KurikulumMerdeka #P5keP7 #Mendikdasmen #LiterasiDigital #EdukasiIndonesia
Post a Comment for "Perubahan P5 ke P7: Apa yang Berbeda?"
Terima kasih sudah berkunjung, silakan jika berkenan meninggalkan jejak digital di kolom komentar. Siapa pun anda yang berkunjung dan meninggalkan kata atau kalimat, semoga dimudahkan segala urusan dunianya dan masuk surga. Aaamiin.